Rabu, 03 Februari 2016

Cerita Tauladan

SEMANGAT JUANG PARA REMAJA

Sebenarnya telah berulang kali Rasulullah menolak keikutsertaan anak-anak remaja dalam peperangan. Mereka lebih digalakkan untuk menuntut ilmu sambil menjaga orangtua masing-masing, yakni para wanita dan kaum usia lanjut. Namun, tak jemu-jemunya anak-anak para pahlawan itu mencoba-coba, siapa tahu Rasulullah berkenan mengabulkan.
Dalam pada itu, kedatangan musuh telah makin dekat. Hari sudah parak siang. Mata-mata telah member kabar bahwa tidak berapa lama lagi kaum musyrikin akan tiba di Bukit Uhud.
Nabi cepat menggerakkan pasukannya. Walaupun sejumlah anggota Abdullah bin Ubay mengundurkan diri, Rasulullah berhasil menempatkan pasukan pemanah dan para pengiintai di puncak bukit. Agar dengan demikian kedatangan tentara bisa dipantau lebih awal.
Keadaan inilah yang membuat Khuday dan Jundub mengizinkan anak-anak mereka yang masih kecil untuk ikut terjun ke dalam palagan. Sebab mereka sudah sangat uzur berhubung dengan unr mereka telan lanjut. Tetapi, kedua anak yang bernama Rafi’ bin Khuday dan Samurah bin Jundub kepergok Nabi Muhammad SAW. Akhirnya, keduanya disuruh pulang.
Setiba di rumah, Rafi’ ditanya oleh ayahnya.
“Mengapa engkau pulang? Sedangkan peperangan belum mulai? Apakah engkau takut menghadapi orang-orang kafir?”.
Dengan sedih Rafi’ menjawab,
            “Semua  anak kecil disuruh pulang oleh Rasulullah.”
Khuday lalu berangkat lekas-lekas menemui Rasulullah. Dengan mengiba-iba ia berkata,
“Anak saya ini cuma kecil di badannya. Tetapi semangat dan kepandaiannya memainkan senjata seimbang dengan orang-orang dewasa. Kalau tidak percaya, silakan buktikan. Dan dia mewakili saya yang telah renta,wahai Utusan Allah.”
Maka Rasulullah menyuruh anak itu memperlihatakan kelihaiannya memanah. Ternyata betul, sasaran yang dituju telah terkena anak panahnya dengan telak. Karena itu, ia diperbolehkan bergabung dengan tentara Muslimin.
Mendengar anak Khuday diterima menjadi pasukan Nabi, Jundub, ayah Samurah, buru-buru mengajak anaknya menjumpai Rasulullah. Dengan penuh semangat orangtua yang tertatih-tatih itu berkata,
“Kalau Rafi’ bin Khuday kau terima, sepatutnya anak saya juga diterima.”
“Rafi’ dapat menggunakan busur dengan bagus,” ujar Nabi.
“Tetapi dalam bergulat, anak saya lebih jago,” kilah Jundub membela anaknya.
“Boleh dibuktikan. Andaikata anak saya kalah dengan Rafi’, saya rela anak saya kau tolak menjadi anak buahmu, ya Rasulullah.”
Terpaksa Nabi memenuhi permintaan itu. Samurah diberi kesempatan bertarung adu tangan kosong di hadapan pasukan Muslimin melawan Rafi’. Setelah bergebrak beberapa jurus, terbukti memang Samurah bisa menjatuhkan Rafi’. Maka mau tidak mau Rasulullah harus menepati janjinya. Kedua-duanya dikabulkan ikut berperang menyertai orang dewasa.

Di medan perang,  kedua anak remaja itu dapat menjatuhkan lawan-lawannya dengan sigap. Mereka bahu-membahu membela Nabi yang dicintainya sepenuh jiwa. Makin jelas terpampang bukti bahwa para remaja bisa berbuat banyak untuk menanam dan menegakkan jasa bagi Negara dan Agama. (30 Kisah Teladan, K.H. Abdurrahman Ar-Roisi).
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Posted by NAMRIF. Diberdayakan oleh Blogger.