SEMANGAT JUANG PARA REMAJA
Sebenarnya
telah berulang kali Rasulullah menolak keikutsertaan anak-anak remaja dalam
peperangan. Mereka lebih digalakkan untuk menuntut ilmu sambil menjaga orangtua
masing-masing, yakni para wanita dan kaum usia lanjut. Namun, tak jemu-jemunya
anak-anak para pahlawan itu mencoba-coba, siapa tahu Rasulullah berkenan
mengabulkan.
Dalam pada itu,
kedatangan musuh telah makin dekat. Hari sudah parak siang. Mata-mata telah
member kabar bahwa tidak berapa lama lagi kaum musyrikin akan tiba di Bukit
Uhud.
Nabi cepat
menggerakkan pasukannya. Walaupun sejumlah anggota Abdullah bin Ubay
mengundurkan diri, Rasulullah berhasil menempatkan pasukan pemanah dan para
pengiintai di puncak bukit. Agar dengan demikian kedatangan tentara bisa dipantau
lebih awal.
Keadaan inilah
yang membuat Khuday dan Jundub mengizinkan anak-anak mereka yang masih kecil
untuk ikut terjun ke dalam palagan. Sebab mereka sudah sangat uzur berhubung
dengan unr mereka telan lanjut. Tetapi, kedua anak yang bernama Rafi’ bin
Khuday dan Samurah bin Jundub kepergok Nabi Muhammad SAW. Akhirnya, keduanya
disuruh pulang.
Setiba di
rumah, Rafi’ ditanya oleh ayahnya.
“Mengapa engkau
pulang? Sedangkan peperangan belum mulai? Apakah engkau takut menghadapi
orang-orang kafir?”.
Dengan sedih
Rafi’ menjawab,
“Semua anak kecil
disuruh pulang oleh Rasulullah.”
Khuday lalu
berangkat lekas-lekas menemui Rasulullah. Dengan mengiba-iba ia berkata,
“Anak saya ini
cuma kecil di badannya. Tetapi semangat dan kepandaiannya memainkan senjata seimbang
dengan orang-orang dewasa. Kalau tidak percaya, silakan buktikan. Dan dia
mewakili saya yang telah renta,wahai Utusan Allah.”
Maka Rasulullah
menyuruh anak itu memperlihatakan kelihaiannya memanah. Ternyata betul, sasaran
yang dituju telah terkena anak panahnya dengan telak. Karena itu, ia
diperbolehkan bergabung dengan tentara Muslimin.
Mendengar anak
Khuday diterima menjadi pasukan Nabi, Jundub, ayah Samurah, buru-buru mengajak
anaknya menjumpai Rasulullah. Dengan penuh semangat orangtua yang tertatih-tatih
itu berkata,
“Kalau Rafi’
bin Khuday kau terima, sepatutnya anak saya juga diterima.”
“Rafi’ dapat
menggunakan busur dengan bagus,” ujar Nabi.
“Tetapi dalam
bergulat, anak saya lebih jago,” kilah Jundub membela anaknya.
“Boleh
dibuktikan. Andaikata anak saya kalah dengan Rafi’, saya rela anak saya kau
tolak menjadi anak buahmu, ya Rasulullah.”
Terpaksa Nabi
memenuhi permintaan itu. Samurah diberi kesempatan bertarung adu tangan kosong
di hadapan pasukan Muslimin melawan Rafi’. Setelah bergebrak beberapa jurus,
terbukti memang Samurah bisa menjatuhkan Rafi’. Maka mau tidak mau Rasulullah
harus menepati janjinya. Kedua-duanya dikabulkan ikut berperang menyertai orang
dewasa.
Di medan
perang, kedua anak remaja itu dapat
menjatuhkan lawan-lawannya dengan sigap. Mereka bahu-membahu membela Nabi yang
dicintainya sepenuh jiwa. Makin jelas terpampang bukti bahwa para remaja bisa
berbuat banyak untuk menanam dan menegakkan jasa bagi Negara dan Agama. (30 Kisah Teladan, K.H.
Abdurrahman Ar-Roisi).
0 komentar:
Posting Komentar